Profile

Foto saya
orang yang sedang belajar ikhlas :)

Kamis, 31 Juli 2008

sebuah janji

Istriku berkata kepadaku yang sedang membaca koran: “Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang makan”. Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu-satunya, namanya Sindu. Dia tampak
ketakutan, air matanya banjir, di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India/curd rice).

Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yg baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect“-nya.

Aku mengambil mangkok dan berkata “Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak-teriak sama Ayah”.

Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku.Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata “Boleh ayah, akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta… ” agak ragu2, sejenak akan minta sesuatu bila semua nasinya habis.

“Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya?”
Aku menjawab, “oh pasti sayang”
Sindu tanya sekali lagi “betul nih yah?”
“Yah pasti” sambil menggenggam tangan anakku yang kemerahmudaan dan lembut sebagai tanda setuju. Sindu juga mendesak ibunya untuk berjanji hal yang sama. Istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, “janji” kata istriku.
Aku sedikit khawatir dan berkata, “Sindu jangan minta komputer atau barang-barang lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang”. Sindu menjawab, “jangan khawatir, Sindu tidak minta barang-barang mahal kok”

Kemudian Sindu perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah pada istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.

Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap. Dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya. Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu. Istriku spontan berkata “permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin”.
Juga ibuku menggerutu “jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah merusak
kebudayaan kita.”

Aku coba membujuk “Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak”
Tapi Sindu tetap dengan pilihannya “tidak ada Ayah, tak ada keinginan lain” kata Sindu.
Aku coba memohon kepada Sindu “tolonglah, kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami”.
Sindu dgn menangis berkata “Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan saya, kenapa Ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi, seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala) untuk memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri.”

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku. Janji kita harus ditepati. Secara serentak istri dan ibuku berkata apakah aku sudah gila.
“Tidak” jawabku. Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu permintaanmu akan kami penuhi.

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus. Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya. Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak, “Sindu tolong tunggu saya!” . Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki-laki itu botak. Aku berpikir mungkin botak model jaman sekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata “Anak anda Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang
jalan bersama-sama dia sekarang, Harish, adalah anak saya. Dia menderita kanker leukemia”.

Wanita itu berhenti sejenak, menangis tersedu-sedu, “bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemotherapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi kesekolah takut diejek/dihina oleh teman-teman sekelasnya. Nah Minggu lalu Sindu datang kerumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi, hanya saya betul-betul tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”

Aku berdiri terpaku dan aku menangis.
Malaikat kecilku tolong ajarkanku tentang KASIH

[+/-] Selengkapnya...

Kisah 1000 Hari Sabtu

Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.

"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat".

Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku".

Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghiitung- hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun.
Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".

"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".

"Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya" .

"Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".

"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku befikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".

"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan" kataku, "Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum. "Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, " Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ?
Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."

Shared by Fr. Rick of Kingston , NY

[+/-] Selengkapnya...

surat kecil untuk tuhan

Apalah artinya hidup bila anda hanya memiliki sebuah kesempatan untuk berpikir
bagaimana anda hidup lebih lama lagi?

ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi pada seorang anak bernama gitta sassa wanda cantika mantan artis cilik era tahun 1998an.. gadis cilik berusia 13 tahun yang divonis mengalami kanker ganas yang nyaris membuat wajahnya menjadi tampak seperti monster. dokter mengvonis gitta akan mati dalam waktu 5 hari bila tidak melakukan operasi. tapi orang tuanya tidak tega buat melihat separuh
wajah dari putrinya harus hilang karena operasi. dan terlebih gitta seorang gadis bagaimana
dia menatap masa depannya.

kasus kanker ganas tersebut baru pertama kali terjadi di Indonesia. dan menjadi perdebatan
karena kanker tersebut biasa hanya terjadi pada orang tua. tuhan memang maha adil dengan segala upaya akhirnya orang tua si anak mendapatkan kesempatan untuk sembuh setelah
bertahan selama 6 bulan melalui kemotrapi yang bisa kalian bayangkan bertapa menyakitkan sebuah kemotrapi yang terjadi satu kali bisa membuat rontok semua helai rambut di tubuh.
dan itu terjadi sebanyak 25 kali pada seorang gadis kecil itu sembuh.

ketika semua orang bersuka cita pada kesembuhan gitta. rupanya kesempatan sembuh itu hanya sebuah kesempatan. kanker itu datang kembali dengan menjadi lebih ganas. gitta pun pasrah melewatkan hidupnya dengan kanker yang semakin mengganas wajahnya hingga menyentuh paru parunya. hebatnya dari gadis ini. ia nekad ingin sekolah dengan keadaan seperti ini. hinaan bahkan cacian dari orang orang yang melihatnya tidak ia pedulikan. yang paling menyedihkan adalah. ketika ujian kenaikan kelas disaat ujian tangannya tak mampu lagi bergerak hingga hidungnya mimisan ia masih ingin terus ujian dan lulus naik kelas. tekadnya begitu hebat sampai sampai ibu megawati memberikan penghargaaan khusus padanya sebagai siswa teladan.

tapi inilah kehidupan. Tuhan punya rencana lain padanya. dan akhirnya ia harus pergi setelah 3 tahun mendekap dengan kanker ganas tersebut, bayangkan hidup dengan kanker ganas selama 3 tahun tanpa pernah mengeluh bahkan ia selalu tegar. hingga Tuhan menjemputnya.

ia bahkan menuliskan surat kecil kepada Tuhan ketika didetik detik kematiannya dalam bentuk puisi seperti ini

ANDAI Aku BISA KEMBALI
Aku INGIN TIDAK ADA TANGISAN
ANDAI Aku BISA KEMBALI
Aku TIDAK INGIN ADA LAGI HAL YANG SAMA TERJADI PADAKU
TERJADI PADA SIAPAPUN

TUHAN ANDAI Aku BISA MEMOHON
JANGAN ADA TANGIS DAN DUKA DI DUNIA LAGI
TUHAN ANDAI Aku BISA MENULIS SURAT UNTUKMU
JANGAN PISAHKAN Aku DARI SAHABAT DAN ORANG YANG Aku SAYANGIN.

Aku INGIN MENJADI DEWASA SEPERTI BURUNG YANG BISA TERBANG KETIKA IA DEWASA
Aku INGIN AYAH MELIHAT Aku KETIKA Aku MEMILIKI LAGI KEINDAHAN GERAIAN RAMBUT..

TUHAN SURAT KECILKU INI..
ADALAH PERMINTAAN TERAKHIKU ANDAI
Aku BISA KEMBALI..


***


bersyukur..hanya itu yang bisa saya ucapkan setelah membaca cerita ini. Manusia memang diciptakan dengan kondisi yang berbeda-beda.Tidak ada yang bisa menduga nasib seorang manusia. Kanker memang diprediksikan diderita oleh orang-orang usia tua. Tetapi kisah di atas menunjukkan seorang anak kecil pun bisa menderita kanker.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas adalah kegigihan sang anak untuk tetap hidup dan hidup.

bersyukurlah bagi orang-orang yang masih dalam kondisi sehat...

gunakan hidup sebaik mungkin

kita tidak tahu takdir kita nanti




[+/-] Selengkapnya...


Free chat widget @ ShoutMix
Site Meter Add to Technorati Favorites