Profile

Foto saya
orang yang sedang belajar ikhlas :)

Sabtu, 23 Agustus 2008

HARGA SEBUAH BAJU

dapet dari milis....



Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di
Boston , dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor
Pimpinan
Harvard University .


Sesampainya disana sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak
mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

"Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut.


"Beliau hari ini sibuk," sahut sang Sekretaris cepat.

"Kami akan menunggu," jawab sang Wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk

melaporkan kepada sang
pemimpinnya.

"Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi," katanya pada sang Pimpinan Harvard.



Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.



Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul. Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.



Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliah Tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin

Mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. bolehkah?" tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.



Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia Tampak terkejut. "Nyonya," katanya dengan kasar, "Kita tidak bisa Mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan

itu, tempat ini sudah akan seperti
kuburan."



"Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat,



"Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard."




Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, "Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung? Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard."



Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang.



Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak
kita buat sendiri saja ?"



Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah

Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi dipedulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah
Stanford University , salah satu universitas favorit kelas atas di AS.



Pesan Moral :



Kita, seperti pimpinan Harvard itu, acap silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju, acap menipu.





"Though you cannot go back and make a brand new start, my friend. Anyone can start from now and make a brand new end" ~Dr. John C. Maxwell~

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 20 Agustus 2008

Rasulullah & Pengemis Yahudi Buta

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari
demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai
saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu
pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian
akan dipengaruhinya" .

Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan
tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang
dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan
agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW
melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan
Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi
kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha.
Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang
belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai
ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah
pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?",
tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung
pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta
yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan
untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi
pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar
r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah
kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !,
engkau bukan orang yang biasa mendatangiku" , jawab si pengemis buta
itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan
tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu
selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut
dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya
sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil
berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang
pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia
itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis
itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian
berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya,
memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku
dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. Pengemis Yahudi
buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.[]

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 17 Agustus 2008

Bangga Jadi Orang INDONESIA!!!

ini artikel nemu di milis..

cukup menggugah sebagai bangsa Indonesia

hahahaha



Seorang warga Indonesia berjalan memasuki sebuah Bank di New York untuk mengajukan pinjaman. Dia menghampiri petugas bagian pinjaman, mengatakan bahwa dia harus pergi ke Jakarta untuk urusan bisnis selama dua minggu, dan memerlukan pinjaman dana sebesar $5.000.

Petugas bank menanggapi, bahwa pihak bank akan memerlukan jaminan untuk pinjaman yang diajukan. Sang pria menyanggupi persyaratan yang diajukan oleh bank dengan memberikan kunci mobil dan dokumen untuk sebuah Ferrari Modena yang terparkir di depan bank. Dia memenuhi semua persyaratan, menunggu proses pengecekan dengan sabar, dan petugas bank menyetujui untuk memberikan pinjaman sesuai dengan jumlah yang diajukan.

Setelah sang pria Indonesia meninggalkan bank, Pihak manajemen bank dan pegawainya mentertawakan pria tersebut karena mempergunakan sebuah mobil Ferrari seharga $250,000 sebagai jaminan untuk meminjam uang sebesar $ 5,000. Lantas pegawai bank memarkir mobil mewah itu di area parkir bawah tanah bank tersebut.

Selang 2 minggu kemudian, sang lelaki kembali dari Jakarta dan datang ke bank, mengembalikan pinjaman dana sebesar $ 5,000 beserta bunganya sebesar $15.41.

Sang pegawai bank mengatakan:
"Mister Sastro, kami sangat gembira bisa melayani dan berbisnis dengan anda dengan lancar. Akan tetapi ada sesuatu yang amat membuat kami bertanya-tanya. Saat anda bepergian ke Jakarta , kami melihat kembali rekening anda di bank kami, dan menjumpai bahwa anda memiliki dana jutaan dollar di rekening anda. Akan tetapi, kenapa anda masih memerlukan pinjaman untuk dana sebesar $ 5,000?

Pak Sastro menjawab:
"Dimana lagi di kota New York saya bisa memarkir mobil saya selama 2 minggu dengan hanya membayar $ 15.41 dan mengharapkan mobil saya tidak dicuri saat saya kembali??"

Petugas bank: ...??##@


Ah...biasa.. Orang Indonesia ...

Berbanggalah menjadi bangsa yang cemerlang... !! MERDEKA!!

[+/-] Selengkapnya...

Sabtu, 16 Agustus 2008

Berapa lama Kita dikubur?

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.

Baju merahnya yg Kebesaran melambai Lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram Ikatan sabuk celana ayahnya.

Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk Di atas seonggok nisan “Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915 : 20- 01-1965 ”

“Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo’a untuk nenekmu” Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo’a untuk Neneknya…

“Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah.” Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara Ibu-nya.

“Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah…” Kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. “Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun … ”

Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut “Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910″

“Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah”, jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. “Memangnya kenapa ndhuk ?” kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. “Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka” kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. “Iya kan yah?”

Ayahnya tersenyum, “Lalu?”
“Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur …. Ya nggak yah?” mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.

Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ….. “Iya nak, kamu pintar,” kata ayahnya pendek.

Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya… 42 tahun hingga sekarang… kalau kiamat datang 100 tahun lagi…142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur …. Lalu Ia menunduk … Meneteskan air mata…

Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya …lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun?
Innalillaahi WA inna ilaihi rooji’un …. Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi?
Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?

Ya Allah… Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, keatas bahunya naik turun tak teratur…. air matanya semakin membanjiri jenggotnya

Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak … Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur…. tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan… Dan apa yang akan datang di depannya…


sumber: www.motivasi.web.id

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, 14 Agustus 2008

JIKA SAYA MEMEGANGNYA SELAMA 1 MENIT

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya:

"Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?" Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.

"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey.

"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."

"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey.

"Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".

Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi......

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.

sumber: Motivasi Net

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 13 Agustus 2008

Ketika Derita Mengabadikan Cinta

ini saya ambil dari sebuah milis...
bagi yang akan menikah...
bagi yang sudah menikah...


"Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Dikrektur Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, yang tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada Professor dipersilahkan. …"

Suara pembawa acara walimatul urs itu menggema di seluruh ruangan resepsi pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi sungai Nil, Kairo. Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di televisi itu.

Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih melangkah menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan wibawa. Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia memang seorang ilmuan berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat, mengisyaratkan pribadi yang tegas. Begitu sampai di podium, kamera video dan lampu sorot langsung shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara, seperti biasa, ia sentuh gagang kacamatanya, lalu…

Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu'ala Rasulillah, amma ba'du. Sebelumnya saya mohon ma'af , saya tidak bisa memberi nasihat lazimnya para ulama, para mubhaligh dan para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini perkenankan saya bercerita…

Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya, mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan buanglah lumpurnya.

Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras, melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya.

Tiga puluh tahun yang lalu… Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayah saya seorang perwira tinggi, keturunan "Pasha" yang terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah terhormatnya, seorang lady dari keluarga aristokrat terkemuka di Ma'adi, ia berpendidikan tinggi, ekonom jebolan Sorbonne yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit politik di negeri ini.

Saya anak sulung, adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam suasana aristokrat dengan tatanan hidup tersendiri. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat. Keluarga besar kami hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau kalangan high class yang sepadan! Entah kenapa saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya merasa terkukung dan terbelenggu dengan strata sosial yang didewa-dewakan keluarga. Saya tidak merasakan benar hidup yang saya cari. Saya lebih merasa hidup justru saat bergaul dengan teman-teman dari kalangan bawah yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan perjuangan. Hal ini ternyata membuat gusar keluarga saya, mereka menganggap saya ceroboh dan tidak bisa menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang yang selalu basah keringat dalam mencari pengganjal perut dianggap memalukan keluarga.

Namun saya tidak peduli. Karena ayah memperoleh warisan yan sangat besar dari kakek, dan ibu mampu mengembangkannya dengan berlipat ganda, maka kami hidup mewah dengan selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa berlibur ke luar negri, ke Paris, Roma, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika berlibur di dalam negeri ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.

Begitu masuk fakultas kedokteran, saya dibelikan mobil mewah. Berkali-kali saya minta pada ayah untuk menggantikannya dengan mobil biasa saja, agar lebih enak bergaul dengan teman-teman dan para dosen. Tetapi beliau menolak mentah-mentah.

"Justru dengan mobil mewah itu kamu akan dihormati siapa saja" tegas ayah. Terpaksa saya pakai mobil itu meskipun dalam hati saya membantah habis-habisan pendapat materialis ayah. Dan agar lebih nyaman di hati, saya parkir mobil itu agak jauh dari tempat kuliah. Ketika itu saya jatuh cinta pada teman kuliah.

Seorang gadis yang penuh pesona lahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan ahlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan kecerdasannya sangat menajubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi, sama seperti saya.

Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga mencintai saya. Saya merasa telah menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini dalam ikatan suci yang diridhai Allah, yaitu ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakultas. Maka datanglah saat untuk mewujudkan impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di jalan yang lurus.

Saya buka keinginan saya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu, dan saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus.

Usai kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Begitu saya beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan membanting gelas yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini tidak boleh terjadi selamanya!

Beliau menegaskan bahwa selama beliau masih hidup rencana pernikahan dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak terkira.

Hadirin semua, apakah anda tahu sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku sedemikian sadis? Sebabnya, karena ayah calon istri saya itu tukang cukur….tukang cukur, ya… sekali lagi tukang cukur! Saya katakan dengan bangga. Karena, meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati. Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak banyak dilakukan para bangsawan "Pasha". Lewat tangannya ia lahirkan tiga dokter, seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama sekali tidak mengecap bangku pendidikan.

Ibu, saudara dan semua keluarga berpihak kepada ayah. Saya berdiri sendiri, tidak ada yang membela. Pada saat yang sama adik saya membawa pacarnya yang telah hamil 2 bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah ibu langsung merestui dan menyiapkan biaya pesta pernikahannya sebesar 500 ribu ponds. Saya protes kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini? Kenapa saya yang ingin bercinta di jalan yang lurus tidak direstui, sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah berzina, bergonta-ganti pacar dan akhirnya menghamili pacarnya yang entah yang ke berapa di luar akad nikah malah direstui dan diberi fasilitas maha besar?

Dengan enteng ayah menjawab. "Karena kamu memilih pasangan hidup dari strata yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan pacar adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat keluarga besar Al Ganzouri."

Hadirin semua, semakin perih luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah saya, tentu sudah saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat sudah dekat, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang jelas berzina justru difasilitasi.

Dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahwa cara dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini kebenarannya. Itu saja.

Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui ayahnya. Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dengan harapan beliau berlaku bijak merestui rencana saya. Namun, la haula wala quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui penolakan keluarga saya. Beliaupun menolak mentah-mentah untuk mengawinkan putrinya dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad menikah dengan saya.

Kami berdua bingung, jiwa kami tersiksa. Keluarga saya menolak pernikahan ini terjadi karena alasan status sosial , sedangkan keluarga dia menolak karena alasan membela kehormatan. Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap dan bertanya kenapa orang-orang itu tidak memiliki kesejukan cinta? Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan ini.

Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke kantor ma'dzun syari (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat karibku. Kami berikan identitas kami dan kami minta ma'dzun untuk melaksanakan akad nikah kami secara syari'ah mengikuti mahzab imam Hanafi.

Ketika Ma'dzun menuntun saya, "Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: Saya terima nikah kamu sesuai dengan sunatullah wa rasulih dan dengan mahar yang kita sepakati bersama serta dengan memakai mahzab Imam Abu Hanifah." Seketika itu bercucuranlah air mata saya, air mata dia dan air mata 3 sahabat saya yang tahu persis detail perjalanan menuju akad nikah itu.

Kami keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata Allah SWT dan manusia. Saya bisikkan ke istri saya agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir. Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, akad nikah kami membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata.

Begitu mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayah dari rumah. Mobil dan segala fasilitas yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa. Kecuali tas kumal berisi beberapa potong pakaian dan uang sebanyak 4 pound saja! Itulah sisa uang yang saya miliki sehabis membayar ongkos akad nikah di kantor ma'dzun.

Begitu pula dengan istriku, ia pun diusir oleh keluarganya. Lebih tragis lagi ia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2 pound, tak lebih! Total kami hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!!

Ah, apa yang bisa kami lakukan dengan uang 6 pound? Kami berdua bertemu di jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada puncak musim dingin. Kami menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan sengsara campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih sayang , rasa berdaya dan hidup menjalari sukma kami.

"Habibi, maafkan kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini. Maafkan Kanda!" "Tidak… Kanda tidak salah, langkah yang kanda tempuh benar. Kita telah berpikir benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak bisa menghargai kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berpikir anak kecil.

Suatu ketika mereka akan tahu bahwa kita benar dan tindakan mereka salah. Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini. Percayalah, insya Allah, saya akan setia mendampingi kanda, selama kanda tetap setia membawa dinda ke jalan yang lurus. Kita akan buktikan kepada mereka bahwa kita bisa hidup dan jaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu ketika saat kita gapai kejayaan itu kita ulurkan tangan kita dan kita berikan senyum kita pada mereka dan mereka akan menangis haru.

Air mata mereka akan mengalir deras seperti derasnya air mata derita kita saat ini," jawab isteri saya dengan terisak dalam pelukan. Kata-katanya memberikan sugesti luar biasa pada diri saya. Lahirlah rasa optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna seketika. Apalagi teringat bahwa satu bulan lagi kami akan diangkat menjadi dokter. Dan sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima penghargaan dan uang sebanyak 40 pound.

Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam kebekuan, otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin kami tidur di emperan toko itu. Jalan keluar pun datang juga. Dengan sisa uang 6 pound itu kami masih bisa meminjam sebuah toko selama 24 jam.

Saya berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia bahkan mengantarkan kami mencarikan losmen ala kadarnya yang murah. Saat kami berteduh dalam kamar sederhana, segera kami disadarkan kembali bahwa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengarunginya berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah SWT.

Kami hidup dalam losmen itu beberapa hari, sampai teman kami berhasil menemukan rumah kontrakan sederhana di daerah kumuh Syubra Khaimah. Bagi kaum aristokrat, rumah kontrakan kami mungkin dipandang sepantasnya adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah binatang kesayangan mereka mungkin lebih bagus dari rumah kontrakan kami.

Namun bagi kami adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu, jika seorang gelandangan tanpa rumah menemukan tempat berteduh ia bagai mendapat hadiah agung dari langit. Kebetulan yang punya rumah sedang membutuhkan uang, sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk 3 bulan.

Betapa bahagianya kami saat itu, segera kami pindah kesana. Lalu kami pergi membeli perkakas rumah untuk pertama kalinya. Tak lebih dari sebuah kasur kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua kursi dan satu kompor gas sederhana sekali, kipas dan dua cangkir dari tanah, itu saja… tak lebih.

Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, kami merasa tetap bahagia, karena kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah hidup dengan gairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta.

Ah, saya jadi teringat perkataan Ibnu Qayyim, bahwa nikmatnya persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami-isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran setetes nikmat yang disediakan oleh Allah di surga. Jika percintaan suami-isteri itu nikmat, maka surga jauh lebih nikmat dari semua itu. Nikmat cinta di surga tidak bisa dibayangkan. Yang paling nikmat adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada penghuni surga , saat Allah memperlihatkan wajah-Nya. Dan tidak semua penghuni surga berhak menikmati indahnya wajah Allah SWT.

Untuk nikmat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Yang konsisten mengikuti petunjuk Allah-lah yang berhak memperoleh segala cinta di surga. Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus mendekatkan diri kepada-Nya. Istri saya jadi rajin membaca Al-Qur'an, lalu memakai jilbab, dan tiada putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi'ah Adawiyah yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan.

Pada waktu siang ia adalah dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua tanpa bantuan siapapun, kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang pandai mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 poud yang tersisa setelah membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama sebulan.

Tetanggga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan kamipun mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua adalah dokter. Sampai-sampai ada yang bilang tanpa disengaja,"Ah, kami kira para dokter itu pasti kaya semua, ternyata ada juga yang melarat sengsara seperti Mamduh dan isterinya."

Akrabnya pergaulan kami dengan para tetangga banyak mengurangi nestapa kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil layaknya saudara sendiri. Ada yang menawarkan kepada isteri agar menitipkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka karena kami memang dokter yang sibuk. Ada yang membelikan kebutuhan dokter. Ada yang membantu membersihkan rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan- pertolongan mereka.

Kehangatan tetangga itu seolah-olah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami. Yang lebih menyakitkan mereka tidak membiarkan kami hidup tenang.

Suatu malam, ketika kami sedang tidur pulas, tiba-tiba rumah kami digedor dan didobrak oleh 4 bajingan kiriman ayah saya. Mereka merusak segala perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya, mereka patah-patahkan, begitu juga dengan kursi. Kasur tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka mengancam dan memaki kami dengan kata-kata kasar. Lalu mereka keluar dengan ancaman, "Kalian tak akan hidup tenang, karena berani menentang Tuan Pasha."

Yang mereka maksudkan dengan Tuan "Pasha" adalah ayah saya yang kala itu pangkatnya naik menjadi jendral. Ke-empat bajingan itu pergi. Kami berdua berpelukan, menangis bareng berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu kami tata kembali rumah yang hancur. Kami kumpulkan lagi kapas-kapas yang berserakan, kami masukan lagi ke dalam kasur dan kami jahit kasur yang sobek-sobek tak karuan itu. Kami tata lagi buku-buku yang berantakan. Meja dan kursi yang rusak itu berusaha kami perbaiki. Lalu kami tertidur kecapaian dengan tangan erat bergenggaman, seolah eratnya genggaman inilah sumber rasa aman dan kebahagiaan yang meringankan intimidasi hidup ini.

Benar, firasat saya mengatakan ayah tidak akan membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa ayah telah merancang skenario keji untuk memenjarakan isteri saya dengan tuduhan wanita tuna susila. Semua orang juga tahu kuatnya intelijen militer di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di telapak kaki mereka. Saya hanya bisa pasrah total kepada Allah mendengar hal itu.

Dan Masya Allah! Ayah telah merancang skenario itu dan tidak mengurungkan niat jahatnya itu, kecuali setelah seorang teman karibku berhasil memperdaya beliau dengan bersumpah akan berhasil membujuk saya agar menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak menjalankan skenario itu , sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan saya akan menjadi lebih keras dan bisa berbuat lebih nekad.

Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku setiap pekan sambil meminta beliau sabar, sampai berhasil meyakinkan saya untuk mencerai isteriku. Inilah skenario temanku itu untuk terus mengulur waktu, sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya bisa mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.

Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang saya takutkan, tidak ada pemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai.

Nyaris selama 1 tahun saya tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatan isteri tercinta. Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan hamba-hamba- Nya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah kami.

Jadi selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah SWT. Selesai wajib militer, saya langsung menumpahkan segenap rasa rindu kepada kekasih hati. Saat itu adalah musim semi. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk segala cintanya. Saya teringat puisi seorang penyair Palestina yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia & lepas dari belenggu derita:

Sambil menatap kaki langit

Kukatakan kepadanya

Di sana… di atas lautan pasir kita akan berbaring

Dan tidur nyenyak sampai subuh tiba

Bukan karna ketiadaan kata-kata

Tapi karena kupu-kupu kelelahan

Akan tidur di atas bibir kita

Besok, oh cintaku… besok

Kita akan bangun pagi sekali

Dengan para pelaut dan perahu layar mereka

Dan akan terbang bersama angin

Seperti burung-burung

Yah… saya pun memimpikan demikian. Ingin rasanya istirahat dari nestapa dan derita. Saya utarakan mimpi itu kepada istri tercinta. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah bersih keras untuk masuk program Magister bersama!

"Gila… ide gila!!!" pikirku saat itu. Bagaimana tidak…ini adalah saat paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai dokter di negara Teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tidak berperasaan. Tetapi istri saya tetap bersikukuh untuk meraih gelar Magister dan menjawab logika yang saya tolak, "Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya, kita harus sabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita rengguk sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita."

Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad baja istriku, hatiku pun luluh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya. Jadilah kami berdua masuk Program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara kebutuhan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll. Nyaris kami hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air. Hari-hari yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami.

Malam hari kami lalui bersama dengan perut kosong, teman setia kami adalah air keran. Masih terekam dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama dalam suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, kami obati dengan air. Yang terjadi malah kami muntah-muntah. Terpaksa uang untuk beli buku kami ambil untuk pengganjal perut.

Siang hari, jangan tanya… kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu, terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan. Meski demikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah saya melihat istri saya mengeluh, menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Kalaupun dia menangis, itu bukan karena menyesali nasibnya, tetapi dia malah lebih kasihan kepada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah, tiba-tiba harus hidup sengsara layaknya gelandangan.

Sebaliknya, sayapun merasa kasihan melihat keadaannya, dia yang asalnya hidup nyaman dengan keluarganya, harus hidup menderita di rumah kontrakan yang kumuh dan makan ala kadarnya. Timbal balik perasaan ini ternya menciptakan suasana mawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak bisa lagi melukiskan rasa sayang, hormat, dan cinta yang mendalam padanya.

Setiap kali saya angkat kepala dari buku, yang tampak di depan saya adalah wajah istri saya yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya kagum pada bidadari saya ini. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat pandangannya dari buku dan menatap saya penuh cinta dengan senyumnya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan terlupakan semua. Rasanya kamilah orang yang paling berbahagia di dunia ini.

"Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang…" bisiknya mesra sambil tersenyum. Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara. Allah Maha Penyayang, usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelar Magister dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya 2 tahun saja! Namun, kami belum keluar dari derita. Setelah meraih gelar Magister pun kami masih hidup susah, tidur di atas kasur tipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami.

Sampai akhirnya rahmat Allah datang juga. Setelah usaha keras, kami berhasil meneken kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama kalinya, setelah 5 tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah, m

erasakan kembali tidur di kasur empuk dan kembali mengenal masakan lezat.

Dua tahun setelah itu, kami dapat membeli villa berlantai dua di Heliopolis, Kairo. Sebenarnya, saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang layak. Tetapi istriku memang 'edan'. Ia kembali mengeluarkan ide gila, yaitu ide untuk melanjutkan program Doktor Spesialis di London, juga dengan logika yang sulit saya tolak: "Kita dokter yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui, dan kita kini memiliki uang yang cukup untuk mengambil gelar Doktor di London. Setelah bertahun-tahun hidup di lorong kumuh, tak ada salahnya kita raih sekalian jenjang akademis tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan."

Kucium kening istriku, dan bismillah… kami berangkat ke London. Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berhasil menggondol gelar Doktor dari London. Saya spesialis syaraf dan istri saya spesialis jantung.

Setelah memperoleh gelar doktor spesialis, kami meneken kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai direktur rumah sakit, dan istri saya sebagai wakilnya! Kami juga mengajar di Universitas.

Kami pun dikaruniai seorang putri yang cantik dan cerdas. Saya namai dia dengan nama istri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan. Lima tahun setelah itu, kami pindah kembali ke Kairo setelah sebelumnya menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana raja dan permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari 9 tahun hidup menderita, melarat dan sengsara.

Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami kepada Allah swt dan bertambahlan rasa cinta kami. Ini kisah nyata yang saya sampaikan sebagai nasehat hidup. Jika hadirin sekalian ingin tahu istri saleha yang saya cintai dan mencurahkan cintanya dengan tulus, tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru yang menunduk di barisan depan kaum ibu, tepat di sebelah kiri artis berjilbab Huda Sulthan. Dialah istri saya tercinta yang mengajarkan bahwa penderitaan bisa mengekalkan cinta. Dialah Prof Dr Shiddiqa binti Abdul Aziz…"

Tepuk tangan bergemuruh mengiringi gerak kamera video menyorot sosok perempuan separoh baya yang tampak anggun dengan jilbab biru. Perempuan itu tengah mengusap kucuran air matanya. Kamera juga merekam mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai, dan segenap hadirin yang menghayati cerita ini dengan seksama.

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 11 Agustus 2008

Semua sudah ada takdirnya

Cerita ini sungguh menyedihkan....refleksi buat yang sudah berkeluarga maupun yang belum...

25 tahun yang lalu,

Inikah nasib? Terlahir
sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania
harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali
kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi
pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan
istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat
bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi.
Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita
kami sederhana, ingin hidup bahagia.

22 tahun yang lalu,

Pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku.
Ya, keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya momongan.
Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan
sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak sempurna.
Kulitnya masih merah, mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia
tak dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa
terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania tak mau menerima kami. Ya
sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka.
Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.



19 tahun yang lalu,

Kamila ku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang berlari-lari,
melompat-lompat atau meloncat dari meja ke kursi lalu dari kursi ke lantai
kemudian berteriak "Horeee, Iya bisa terbang". Begitulah dia
memanggil namanya sendiri, Iya. Kembang senyumnya selalu merekah seperti mawar di
pot halaman rumah. Dan Kania tak jarang berteriak,"Iya sayaaang,"
jika sudah terdengar suara "Prang". Itu artinya, ada yang pecah, bisa vas
bunga, gelas, piring, atau meja kaca. Terakhir cermin rias ibunya yang
pecah. Waktu dia melompat dari tempat tidur ke lantai, boneka kayu yang
dipegangnya terpental. Dan dia cuma bilang "Kenapa semua kaca di rumah
ini selalu pecah,
Ma?"

18 tahun yang lalu,

Hari ini Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih awal dari
pekerjaanku agar bisa membeli hadiah dulu. Kemarin lalu dia merengek minta
dibelikan bola. Kania tak membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy
apalagi ja di pemain bola seperti yang sering diucapkannya. "Nanti kalau
sudah besar, Iya mau jadi pemain bola!" tapi aku tidak suka dia menangis
terus minta bola, makanya kubelikan ia sebuah bola. Paling tidak aku bisa
punya lawan main setiap sabtu sore. Dan seperti yang sudah kuduga, dia
bersorak kegirangan waktu kutunjukkan bola itu. "Horee, Iya jadi pemain
bola."

17 Tahun yang lalu

Iya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di jalan. Mainnya di
rumah aja. Coba kalau ia nurut, Bapak kan tidak akan seperti ini. Aku
tidak tahu bagaimana Kania bisa tidak tahu Iya menyembunyikan bola di tas
sekolahnya. Yang aku tahu, hari itu hari sabtu dan aku
akan menjemputnyanya dari sekolah. Kulihat anakku sedang asyik menendang bola
sepanjang jalan pulang dari sekolah dan ia semakin ketengah jalan. Aku
berlari menghampirinya, rasa khawatirku mengalahkan kehati-hatianku dan
"Iyaaaa". Sebuah truk pasir telak menghantam tubuhku,
lindasan ban besarnya berhenti di atas dua kakiku. Waktu aku sadar, dua
kakiku sudah diamputasi. Ya Tuhan, bagaimana ini. Bayang-bayang yang
kelam menyelimuti pikiranku, tanpa kaki, bagaimana aku bekerja sementara
pekerjaanku mengantar barang dari perusahaan ke rumah konsumen. Kulihat
Kania menangis sedih, bibir cuma berkata "Coba kalau kamu tak belikan ia
bola!"

15 tahun yang lalu,

Perekonomianku morat marit setelah kecelakaan. Uang pesangon habis untuk
ke rumah sakit dan uang tabungan menguap jadi asap dapur. Kania mulai
banyak mengeluh dan Iya mulai banyak dibentak. Aku hanya bisa
membelainya. Dan bilang kalau Mamanya sedang sakit kepala makanya cepat
marah. Perabotan rumah yang bisa dijual sudah habis. Dan aku tak bisa
berkata apa-apa waktu Kania ia hendak mencari ke luar negeri. Dia ingin
penghasilan yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan Kamila. Diizinkan
atau tidak diizinkan dia a kan tetap pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya
dia memang pergi ke Malaysia .

13 tahun yang lalu,

Setahun sejak kepergian Kania, keuangan rumahku sedikit membaik tapi itu
hanya setahun. Setelah itu tak terdengar kabar lagi. Aku harus
mempersiapkan uang untuk Kamila masuk SMP. Anakku memang pintar dia
loncat satu tahun di SD-nya. Dengan segala keprihatinan kupaksakan agar
Kamila bisa melanjutkan sekolah. aku bekerja serabutan, mengerjakan
pekerjaan yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku miris, menghadapi
kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh remaja dan aku tahu dia ingin
menikmati dunianya. Tapi keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan.
Tapi aku harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila hidup tegar.

10 tahun yang lalu,

Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku. Dan Kamila hanya
sanggup berlari ke dalam rumah lalu sembunyi di dalam kamar. Dia sering
jadi bulan-bulanan hinaan teman sebayanya. Anakku cantik, seperti ibunya.
"Biar cantik kalo kere ya kelaut aje." Mungkin itu kata-kata yang
sering kudengar. Tapi anakku memang sabar dia tidak marah walau tak urung
menangis juga. "Sabar ya, Nak!" hiburku."Pak, Iya pake jilbab
aja ya, biar tidak diganggu!" pintanya padaku. Dan aku menangis. Anakku maafkan
bapakmu, hanya itu suara yang sanggup kupendam dalam hatiku. Sejak hari
itu, anakku tak pernah lepas dari kerudungnya. Dan aku bahagia. Anakku,
ternyata kamu sudah semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia
tidak pernah menunjukkan kekecewaannya padaku karena sekolahnya hanya terlambat di bangku SMP.

7 tahun yang lalu,

Aku merenung seharian. Ingatanku tentang Kania, istriku, kembali menemui
pikiranku. Sudah bertahun-tahun tak kudengar kabarnya. Aku tak mungkin
bohong pada diriku sendiri, jika aku masih menyimpan rindu untuknya. Dan
itu pula yang mem buat aku takut. Semalam Kamila bilang dia ingin menjadi
TKI ke Malaysia. Sulit baginya mencari pekerjaan di sini yang cuma
lulusan SMP. Haruskah aku melepasnya karena alasan ekonomi. Dia bilang
aku sudah tua, tenagaku habis dan dia ingin agar aku beristirahat. Dia
berjanji akan rajin mengirimi aku uang dan menabung untuk modal. Setelah
itu dia akan pulang, menemaniku kembali dan membuka usaha kecil-kecilan.
Seperti waktu lalu, kali ini pun aku tak kuasa untuk menghalanginya. Aku
hanya berdoa agar Kamilaku baik-baik saja.

4 tahun lalu,

Kamila tak pernah telat mengirimi aku uang. Hampir tiga tahun dia di
sana. Dia bekerja sebagai seorang pelayan di rumah seorang nyonya. Tapi
Kamila tidak suka dengan laki-laki yang disebutnya datuk. Matanya tak
pernah siratkan sinar baik. Dia juga dikenal suka perempuan. Dan nyonya
itu adalah istri mudanya yang keempat. Dia bilang dia sudah ingin pulang.
Karena akhir-akhir ini dia sering diganggu. Lebaran tahun ini dia akan
berhenti bekerja. Itu yang kubaca dari suratnya. Aku senang mengetahui
itu dan selalu menunggu hingga masa itu tiba.
Kamila bilang, aku jangan pernah lupa salat dan kalau kondisiku sedang
baik usahakan untuk salat tahajjud. Tak perlu memaksakan untuk puasa
sunnah yang pasti setiap bulan Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin
untuk kuat hingga beduk manghrib berbunyi. Kini anakku lebih pandai
menasihati daripada aku. Dan aku bangga.

3 tahun 6 bulan yang lalu,

Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian pemerintahan Malaysia,
kabarnya anakku ditahan. Dan dia diancam hukuman mati, karena dia
terbukti membunuh suami majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku
menangis, aku tak percaya. Kamilaku yang lemah lembut tak mungkin
membunuh. Lagipula kenapa dia harus membunuh. Aku meminta bantuan hukum
dari Indonesia untuk menyelamatkan anakku dari maut. Hampir setahun aku
gelisah menunggu kasus anakku selesai. Tenaga tuaku terkuras dan
airmataku habis. Aku hanya bisa memohon agar anakku tidak dihukum mati
andai dia memang bersalah.

2 tahun 6 bulan yang lalu,

Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti bersalah. Dan dia harus
menjalani hukuman gantung sebagai balasannya. Aku tidak bisa apa-apa
selain menangis sejadinya. Andai aku tak izinkan dia pergi apakah
nasibnya tak akan seburuk ini? Andai aku tak belikan ia bola apakah
keadaanku pasti lebih baik? Aku kini benar-benar sendiri. wahai Allah
kuatkan aku. Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke Malaysia.
Anakku ingin aku ada di sisinya di saat terakhirnya. Lihatlah, dia kurus
sekali. Dua matanya sembab dan bengkak. Ingin rasanya aku
berlari tapi apa daya kakiku tak ada. Aku masuk ke dalam ruangan
pertemuan itu, dia berhambur ke arahku, memelukku erat, seakan tak ingin
melepaskan aku. "Bapak, Iya Takut!" aku memeluknya lebih erat lagi.
Andai bisa ditukar, aku ingin menggantikannya. "Kenapa, Ya, kenapa kamu
membunuhnya sayang?" "Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengannya, Pak.
Iya tidak mau. Iya dipukulnya. Iya takut, Iya dorong dan dia jatuh dari
jendela kamar. Dan dia mati. Iya tidak salah kan, Pak!" Aku perih
mendengar itu. Aku iba dengan nasib anakku. Masa mudanya hilang begitu
saja. Tapi aku bisa apa, istri keempat lelaki tua itu menuntut agar
anakku dihukum mati. Dia kaya dan lelaki itu juga orang terhormat. Aku
sudah berusaha untuk memohon keringanan bagi anakku, tapi menemuiku pun ia
tidak mau. Sia-sia aku tinggal di Malaysia selama enam bulan untuk memohon
hukuman pada wanita itu.

2 tahun yang lalu,

Hari ini, anakku akan dihukum gantung. Dan wanita itu akan hadir
melihatnya. Aku mendengar dari petugas jika dia sudah datang dan ada di
belakangku. Tapi aku tak ingin melihatnya. Aku melihat isyarat tangan
dari hakim di sana. Petugas itu membuka papan yang diinjak anakku. Dan
'blass" Kamilaku kini tergantung. Aku tak bisa lagi menangis. Setelah
yakin sudah mati, jenazah anakku diturunkan mereka, aku mendengar langkah
kaki menuju jenazah anakku. Dia menyibak kain penutupnya dan tersenyum
sinis. Aku mendongakkan kepalaku, dan dengan mataku yang samar oleh air
mata aku melihat garis wajah yang kukenal. "Kania?" "Mas Har, kau . !"

"Kau ... kau bunuh anakmu sendiri, Kania!"

"Iya? Dia..dia . Iya?" serunya getir
menunjuk jenazah anakku.

"Ya, dia Iya kita. Iya yang ingin jadi pemain bola jika sudah besar."

"Tidak ... tidaaak ... " Kania berlari ke arah jenazah anakku.
Diguncang tubuh kaku itu sambil menjerit histeris. Seorang petugas
menghampiri Kania dan memberikan secarik kertas yang tergenggam di
tangannya waktu dia diturunkan dari tiang gantungan. Bunyinya "Terima
kasih Mama." Aku baru sadar, kalau dari dulu Kamila sudah tahu wanita itu
ibunya.

Setahun lalu,

Sejak saat itu istriku gila. Tapi apakah dia masih istriku. Yang aku
tahu, aku belum pernah menceraikannya. Terakhir kudengar kabarnya dia
mati bunuh diri. Dia ingin dikuburkan di samping kuburan anakku, Kamila.
Kata pembantu yang mengantarkan jenazahnya padaku, dia sering berteriak,
"Iya sayaaang, apalagi yang pecah, Nak." Kamu tahu Kania, kali ini
yangpecah adalah hatiku. Mungkin orang tua kita memang benar, tak seharusnya
kita menikah. Agar tak ada kesengsaraan untuk Kamila anak kita. Benarkah
begitu Iya sayang?


[+/-] Selengkapnya...

Sabtu, 09 Agustus 2008

IKATKAN SEHELAI PITA KUNING BAGIKU

Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam- malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.

Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling, drug. Dia menikmati semuanya.

Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.

Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya.

Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis, "Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku.

Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan?

Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku."

Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, "Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan...kita mesti lihat apa yang akan terjadi..."

Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras.

Akhirnya dia melihat pohon itu. Air mata menetas di matanya...

Dia tidak melihat sehelai pita kuning...

Tidak ada sehelai pita kuning....

Tidak ada sehelai......

Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning....bergantungan di pohon beringin itu...Ooh...seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning...!!!!!!!!!!!!


Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu pada tahun 1973 di Amerika. Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini. Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu, "Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree", dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973.

I'm coming home I've done my time And I have to know what is or isn't mine If you received my letter Telling you I'd soon be free Then you'd know just what to do If you still want me If you still want me Oh tie a yellow ribbon 'Round the old oak tree It's been three long years Do you still want me If I don't see a yellow ribbon 'Round the old oak tree I'll stay on the bus, forget about us Put the blame on me If I don't see a yellow ribbon 'Round the old oak tree Bus driver please look for me 'Cause I couldn't bare to see what I might see I'm really still in prison And my love she holds the key A simple yellow ribbon's all I need to set me free I wrote and told her please Oh tie a yellow ribbon 'Round the old oak tree It's been three long years Do you still want me If I don't see a yellow ribbon 'Round the old oak tree I'll stay on the bus, forget about us Put the blame on me If I don't see a yellow ribbon 'Round the old oak tree Now the whole damn bus is cheering And I can't believe I see A hundred yellow ribbons 'Round the old, the old oak
tree Tie a ribbon 'round the old oak tree Tie a ribbon 'round the old oak
tree Tie a ribbon 'round the old oak tree Tie a ribbon 'round the old oak
tree Tie a ribbon 'round the old oak tree Tie a ribbon 'round the old oak
tree Tie a ribbon 'round the old oak tree Tie a ribbon 'round the old oak tree


sumber: Cetivasi

[+/-] Selengkapnya...

COLUMBUS DAN TELUR

Ini sebuah cerita kecil di balik kesuksesan Columbus yang menemukan Benua
Amerika. Setelah penemuan yang fenomenal itu, Columbus menjadi sangat
terkenal dan diagung-agungkan oleh Raja dan seluruh rakyat. Columbus pun
diangkat menjadi bangsaan kehormatan kerajaan. Kepopuleran Columbus itu
membuat beberapa orang menjadi iri kepadanya.

Pada suatu hari, Columbus mengadakan perjamuan makan. Dalam perjamuan makan itu. Dia menceritakan semua kisah yang dihadapi dalam pencarian Benua baru tersebut. Semua tamu undangan terpukau dan mengakui kehebatan Sang Penemu Benua Baru tersebut, namun beberapa orang yang iri dengan sinis berkata," "Apa hebatnya dia ?? Dia cuma berlayar dan kebetulan saja menemukan benua baru. Siapa saja juga bisa melakukan itu". Mendengar hal tersebut, Columbus kemudian menantang para orang yang iri tersebut. "Marilah kita bertanding untuk membuktikan siapa yang lebih baik. Barangsiapa yang bisa membuat telur-telur rebus itu berdiri di atas meja makan ini, maka ialah orang yang terbaik dan semua gelar-kekayaanku akan kuserahkan padanya"

Orang-orang yang iri tersebut menerima tantangan Columbus.


Kemudian mereka mulai berusaha untuk membuat telur-telur rebus itu berdiri
di atas meja makan. Namun karena telur adalah benda yang ellips/hampir
bundar, maka cukup mustahil untuk bisa berdiri di atas meja. Setiap dicoba
didirikan, telur-telur itu langsung saja menggelinding jatuh. Akhirnya
mereka pun menyerah.

Kini tiba giliran Columbus. Columbus memegang telur rebus itu di atas meja
dengan posisi berdiri sambil dipegangi, kemudian dengan tangan yang satunya
Columbus menekan ujung atas telur rebus itu ke meja sehingga ujung bawah
telur menjadi remuk dan memipih (tidak lonjong lagi) sehingga telur tersebut
bisa berdiri tegak di atas meja. Melihat hal tersebut, orang-orang yang iri
dengan sinis berkata "Ah... kalo caranya seperti itu, kami juga bisa membuat
telur rebus itu berdiri" Dengan bijak dan sambil tersenyum, Columbus berkata
"KALO BEGITU, MENGAPA TIDAK KAMU MELAKUKANNYA ?"

Cerita di atas hendak memberitahukan kita bahwa KESUKSESAN DAN KEBERHASILAN BERASAL DARI SUATU TINDAKAN NYATA ATAS GAGASAN.

Columbus dan beberapa orang pada masa itu mempunyai gagasan atau teori
tentang bumi yang bulat. Teori tersebut merupakan teori yang jelas-jelas
bertentangan dengan kepercayaan dunia pada waktu itu yang mempercayai bahwa
buki itu datar seperti piring. Ketika Columbus mengutarakan niatnya untuk
melakukan ekspedisi lautnya, banyak orang, termasuk keluarganya, yang
menganggapnya gila. Namun Columbus tetap teguh dan gigih pada pendiriannya.
Perjuangan Columbus tidaklah ringan untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat.
Ancaman hukuman mati atas pengingkaran hukum Tuhan sampai pemberontakan
anakbuah kapalnya, ia hadapi dengan tegar sehingga pada akhirnya Sejarah
mencatatnya sebagai salah satu penemu benua dan pelaut andal.

Seringkali kita menemukan orang atau bahkan diri kita juga mengalaminya
yaitu kita mempunyai gagasan / ide / konsep namun terlalu takut untuk
mewujudkannya dalam sebuah aksi nyata, dan akhirnya ide itu hanya menjadi
semu. Ketakutan atas kegagalan, penilaian miring orang lain, penderitaan dan
sebagainya membuat kita terhalang untuk menemukan kesuksesan. Ketakutan ini
pula yang membuat kita terkadang merasa iri akan keberhasilan orang lain.
Kita sering berkata miring atas keberhasilan orang lain"Ah...dia sih cuma
beruntung aja,...Aku pun bisa melakukannya" Jadi apa yang anda pilih ? GAGAL
KARENA TERLALU TAKUT UNTUK GAGAL ? ATAU BERHASIL KARENA TIDAK TAKUT GAGAL ?

HANYA ANDA YANG BISA MEMILIH.


sumber: Cetivasi


[+/-] Selengkapnya...

SIAPA YANG LEBIH PINTAR?

Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tidak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka. Tukang cukur berkata, "Itu Bejo, dia anak paling terbodoh di dunia". Pengusaha itu kemudian bertanya "Apa iya?". Tukang cukur dengan bersemangat "Mari... saya buktikan!" Lalu, dia memanggil si Bejo, tukang cukur itu merogoh kantongnya dan mengeluarkan lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu ia memanggil bejo dan berkata, "Bejo, kamu boleh pilih dan ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!". Bejo pun melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada dua lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil lembaran uang Rp 500.

Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan berkata, "Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil".

Setelah sang pengusaha sudah selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya "Bejo, tadi saya sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp 1000 dan Rp 500-an, saya lihat kok yang kamu ambil, uang yang Rp 500, kenapa tidak ambil yang Rp 1000, nilainya kan lebih besar dan dua kali lipat dari yang Rp 500.

Si bejo kemudian melihat dan memandang wajah sang pengusaha, ia agak ragu-ragu untuk mengatakannya. "Ayo beritahu saya, kenapa kamu ambil yang Rp 500," desak sang pengusaha. Akhirnya si Bejo pun berkata, "Kalau saya ambil yang Rp 1000, berarti permainannya akan selesai............"

Moral of the story:
Never judge a book from its cover, The story may be different from what you may think of.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

[+/-] Selengkapnya...

BELAJAR DARI AWAN

Hari itu satu pekan panjang yang penuh dengan kesibukan mengajar keliling negeri telah kulewati sekali lagi. Seperti biasa aku ingin menikmati situasi santai dalam penerbangan pulang, membaca yang ringan-ringan, bahkan memejamkan mata beberapa menit bilamana sempat. Kendati demikian, aku mencoba menerima apa pun yang akan terjadi.

Maka biasanya aku mengucapkan doa pendek berikut: "Siapa pun yang Kautakdirkan duduk di sebelahku, biarlah ia seperti apa adanya, dan bantulah aku agar dapat menerima apa pun yang tersedia bagiku."

Pada hari yang khusus ini, ketika aku masuk ke dalam pesawat, ternyata seorang anak kecil, sekitar delapan tahun, duduk pada kursi dekat jendela di sebelahku. Aku menyukai anak-anak. Namun, aku sedang merasa lelah. Naluri pertamaku adalah, 'Apa boleh buat, aku tak tahu nasibku kali ini.' Dengan berusaha bersikap ramah, aku menyapanya dan mengajaknya berkenalan. Ia menyebutkan namanya, Bradley. Kami langsung mengobrol dan, hanya dalam beberapa menit, ia menaruh kepercayaan kepadaku, dengan berkata, "Ini pertama kali saya naik pesawat. Saya agak takut."

Ia bercerita kepadaku bahwa ia dan keluarganya baru menjenguk sepupu-sepupunya, dan ia diminta tinggal lebih lama sedangkan orangtuanya pulang terlebih dahulu. Kini ia pulang sendirian, dengan pesawat terbang.

"Naik pesawat itu keciiil," kataku, berusaha menumbuhkan keyakinannya.

"Mungkin dapat dianggap salah satu yang paling mudah di antara yang pernah kaulakukan." Aku diam sejenak, untuk berpikir, dan kemudian aku bertanya kepadanya, "Pernahkah kau naik roller coaster?"

"Saya senang naik roller coaster!"

"Pernahkah kau menaikinya tanpa berpegangan?"

"Oh, ya. Saya seneng sekali." Ia tertawa. Sementara aku berpura-pura ketakutan.

"Pernahkah kau naik di depan?" tanyaku lagi dengan wajah pura-pura merasa ngeri.

"Ya. Saya selalu berusaha mendapatkan tempat duduk paling depan!"

"Dan kau tidak merasa takut?"

Ia menggelengkan kepalanya, tampaknya ia kini telah merasa berhasil mengimbangi aku.

"Sesungguhnyalah, penerbangan ini tidak seberapa dibanding naik roller coaster. Aku tidak berani naik roller coaster, tapi aku tidak takut sama sekali bila naik pesawat terbang."

Seulas senyum mulai tampak pada wajahnya, "Betulkah itu?" Aku dapat melihat bahwa ia mulai berpikir bahwa mungkin ia memang pemberani.

Pesawat mulai ditarik menuju ke ujung landasan. Dan ketika akhirnya pesawat itu meluncur naik, ia memandang ke luar jendela dan mulai bercerita dengan sangat bersemangat tentang segala yang dialaminya. Ia mengomentari bentuk-bentuk awan yang dilihatnya, dan gambar-gambar yang seolah-olah telah dilukis di angkasa. "Awan yang ini seperti kupu-kupu, dan yang itu kelihatan seperti seekor kuda!"

Tiba-tiba, aku juga melihat melalui mata seorang anak usia delapan tahun. Rasanya seolah-olah aku baru pertama kali itu terbang.

Belakangan Bradley bertanya tentang pekerjaanku. Aku bercerita tentang pelatihan yang kuselenggarakan, dan mengatakan bahwa aku juga membintangi iklan untuk radio dan televisi.

Matanya langsung bersinar. "Saya dan adik saya pernah menjadi bintang iklan televisi."

"Oh, ya? Bagaimana rasanya?"

Ia bercerita bahwa pengalaman itu sangat mengesankan. Kemudian ia berkata bahwa ia perlu ke kamar kecil.

Aku berdiri agar ia dapat keluar ke gang. Saat itulah aku melihat alat penguat pada kedua kakinya. Bradley beringsut-ingsut menuju ke kamar kecil di belakang.

Ketika ia duduk kembali, ia menerangkan, "Saya menderita distrofi otot. Adik perempuan saya juga --ia bahkan harus memakai kursi roda. Itu sebabnya kami menjadi bintang iklan. Kami dijadikan contoh untuk anak-anak yang menderita distrofi otot."

Waktu pesawat mulai turun, ia memandang kepadaku, tersenyum, dan bicara dengan nada yang agak-agak malu, "Tahukah Anda, saya betul-betul khawatir tentang siapa yang akan duduk di sebelah saya di pesawat. Saya takut ia orang yang ketus, yang tidak mau bicara dengan saya. Saya senang bisa duduk bersebelahan dengan Anda."

Ketika mengenang seluruh pengalaman itu pada malam harinya, aku diingatkan tentang untungnya bersikap terbuka. Setelah sepekan penuh menjadi pengajar, begitu selesai aku justru menjadi siswa.

Sekarang setiap kali aku merasa suntuk --dan itu cukup sering-- aku memandang ke luar jendela dan mencoba menebak bentuk awan yang terlukis di angkasa. Dan aku teringat dengan Bradley, anak istimewa yang mengajariku pelajaran itu.


(Joyce A. Harvey - Chicken Soup for the Unsinkable Soul)


[+/-] Selengkapnya...

NELAYAN JEPANG

Orang Jepang sejak lama menyukai ikan segar. Tetapi tidak banyak ikan yang
tersedia di perairan yang dekat dengan Jepang dalam beberapa dekade ini.
Jadi untuk memberi makan populasi Jepang, kapal-kapal penangkap ikan
bertambah lebih besar dari sebelumnya. Semakin jauh para nelayan pergi,
semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk membawa hasil tangkapan itu ke
daratan. Jika perjalanan pulang mencapai beberapa hari, ikan tersebut tidak
segar lagi. Orang Jepang tidak menyukai rasanya. Untuk mengatasi masalah ini,
perusahaan perikanan memasang freezer di kapal mereka. Mereka akan menangkap ikan dan langsung membekukannya di laut.

Freezer memungkinkan kapal-kapal nelayan untuk pergi semakin jauh dan lama.
Namun, orang Jepang dapat merasakan perbedaan rasa antara ikan segar dan beku, dan mereka tidak menyukai ikan beku. Ikan beku harganya menjadi lebih murah. Sehingga perusahaan perikanan memasang tangki-tangki penyimpan ikan di kapal mereka. Para nelayan akan menangkap ikan dan langsung menjejalkannya ke dalam tangki hingga berdempet-dempetan. Setelah selama beberapa saat saling bertabrakan, ikan-ikan tersebut berhenti bergerak.



Mereka kelelahan dan lemas, tetapi tetap hidup. Namun, orang Jepang masih
tetap dapat merasakan perbedaannya. Karena ikan tadi tidak bergerak selama
berhari-hari, mereka kehilangan rasa ikan segarnya. Orang Jepang menghendaki rasa ikan segar yang lincah, bukan ikan yang lemas.

Bagaimanakah perusahaan perikanan Jepang mengatasi masalah ini?
Bagaimana mereka membawa ikan dengan rasa segar ke Jepang?

Jika anda menjadi konsultan bagi industri perikanan, apakah yang anda
rekomendasikan?

RENUNGKAN...

Begitu anda mencapai tujuan-tujuan anda, seperti mendapatkan jodoh - memulai perusahaan yang sukses - membayar hutang-hutang anda - atau apapun, anda dapat kehilangan gairah anda. Anda tidak perlu bekerja demikian keras sehingga anda bersantai. Anda mengalami masalah yang sama dengan para pemenang lotere yang menghabiskan uang mereka, pewaris kekayaan yang tidak pernah tumbuh dewasa, dan para ibu rumah tangga jemu yang kecanduan obat-obatan resep.

Seperti masalah ikan di Jepang tadi, solusi terbaiknya sederhana. Hal ini diamati oleh L. Ron Hubbard di awal 1950-an. "Orang berkembang, anehnya, hanya dalam kondisi lingkungan yang menantang" -L. Ron Hubbard.

Keuntungan dari sebuah Tantangan:
Semakin cerdas, tabah dan kompeten diri anda, semakin anda menikmati masalah yang rumit. Jika takarannya pas, dan anda terus menaklukan tantangan tersebut, anda akan bahagia. Anda akan memikirkan tantangan-tantangan tersebut dan merasa bersemangat. Anda tertarik untuk mencoba solusi-solusi baru. Anda senang. Anda hidup!

Bagaimana Ikan Jepang Tetap Segar?
Untuk menjaga agar rasa ikan tersebut tetap segar, perusahaan perikanan Jepang tetap menyimpan ikan di dalam tangki. Tetapi kini mereka memasukkan seekor ikan hiu kecil ke dalam masing-masing tangki. Memang ikan hiu memakan sedikit ikan, tetapi kebanyakan ikan sampai dalam kondisi yang sangat hidup. Ikan-ikan tersebut tertantang.

Renungan :
Jangan menghindari tantangan, melompatlah ke dalamnya dan taklukanlah.
Nikmatilah permainannya.
Jika tantangan anda terlalu besar atau terlalu banyak, jangan menyerah.
Kegagalan jangan membuat anda lelah, sebaliknya, atur kembali strategi.
Temukanlah lebih banyak keteguhan, pengetahuan, dan bantuan.
Jika anda telah mencapai tujuan anda, rencanakanlah tujuan yang lebih besar lagi.
Begitu kebutuhan pribadi atau keluarga anda terpenuhi, berpindahlah ke tujuan

untuk kelompok anda, masyarakat, bahkan umat manusia.
Jangan ciptakan kesuksesan dan tidur di dalamnya.
Anda memiliki sumber daya, keahlian, dan kemampuan untuk membuat perubahan.

Jadi, masukkanlah seekor ikan hiu di tangki anda dan lihat seberapa jauh yang dapat anda lakukan dan capai !


Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

[+/-] Selengkapnya...

PETER DAN TINA

Peter dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun,
hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang asik
bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.

Tina: "Duh bosen banget. Aku harap aku juga punya pacar yang bisa berbagi
waktu denganku."

Peter: "Kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo. cuma kita berdua
saja yang tidak punya pasangan sekarang."
(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)

Tina: "Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita adakan permainan yuk?"

Peter: "Eh? permainan apaan?"

Tina: "Eng... gampang sih permainannya. Kamu jadi pacarku dan aku jadi
pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. gimana menurutmu?"

Peter: "Baiklah... lagian aku juga gada rencana apa-apa untuk beberapa bulan
ke depan."

Tina: "Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya... semangat dong! hari ini akan
jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?"

Peter: "Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak salah film The Troy lagi maen
deh. katanya film itu bagus"

Tina: "OK dech.... Yuk kita pergi sekarang. tar pulang nonton kita ke
karaoke ya...
ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru."

Peter : "Boleh juga..."
(mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan Peter mengantarkan Tina pulang
malam harinya)

Hari ke 2:
Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe,
suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa hati
mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang Peter membeli sebuah
kalung perak berliontin bintang untuk Tina.

Hari ke 3:
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang sahabat
Peter.
Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka memutuskan membeli
sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat duduk di
foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai
berpegangan tangan untuk pertama kalinya.

Hari ke 7:
Bermain bowling dengan teman-teman Peter. Tangan tina terasa sakit karena
tidak pernah bermain bowling sebelumnya. Peter memijit-mijit tangan Tina
dengan lembut.

Hari ke 25:
Peter mengajak Tina makan malam di Ancol Bay. Bulan sudah menampakan diri,
langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka
duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan
suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Tina memandang langit, dan
melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.

Hari ke 41:
Peter berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Peter. Bukan
kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul dalam
hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. Peter terharu
menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang
tahunnya.

Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan
mengunjungi stand permainan. Peter menghadiahkan sebuah boneka teddy bear
untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah pulpen untuk Peter.

Hari ke 72:
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negeri China. Tina
penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya
mengatakan "Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang", kemudian peramal itu
meneteskan air mata.

Hari ke 84:
Peter mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi
karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan
berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan, merasakan lembutnya
pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka. Matahari terbenam, dan
mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.

Hari ke 99:
Peter memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana.
Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota.

15:20 pm
Tina: "Aku haus. Istirahat dulu yuk sebentar."
Peter: "Tunggu disini, aku beli minuman dulu. Aku mau teh botol saja. Kamu
mau minum apa?"
Tina: "Aku saja yang beli. kamu kan capek sudah menyetir keliling kota hari
ini. Sebentar ya"
Peter mengangguk. kakinya memang pegal sekali karena dimana-mana Jakarta
selalu macet.

15:30 pm
Peter sudah menunggu selama 10 menit and Tina belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah
panik.
Peter : "Ada apa pak?"
Orang asing: "Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu
adalah temanmu"
Peter segera berlari bersama dengan orang asing itu.
Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang,tergeletak
tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya.
Peter segera melarikan mobilnya membawa Tina ke rumah sakit terdekat.
Peter duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit.
Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.

23:53 pm
Dokter: "Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Dia masih
bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera menjemput. Kami menemukan
surat ini dalam kantung bajunya."
Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Peter dan dia
segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi
terlihat damai.
Peter duduk disamping pembaringan tina dan menggenggam tangan Tina dengan
erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter merasakan torehan luka yang sangat
dalam di hatinya.
Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya.
Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina untuknya.

Dear Peter...
ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.
Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu.
Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa ditebak,
tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku.
Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam hidupku.
Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi
sebelumnya.
Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang
hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang jatuh
malam itu di pantai,
Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku. Aku ingin menjadi
kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada disisiku seumur
hidupku. Peter, aku sangat sayang padamu.

23:58
Peter: "Tina, apakah kau tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati saat
meniup lilin ulang tahunku?
Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya.
Tina, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang kita lalui baru berjumlah 99
hari!
Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama!
Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku
kesepian!
Tina, Aku sayang kamu...!"

Jam dinding berdentang 12 kali.... jantung Tina berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100...

Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.
Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan
pernah kembali lagi.

True love doesn't have a happy ending, because true love never ends....




[+/-] Selengkapnya...

Kamis, 07 Agustus 2008

KISS (Keep It Simple Stupid)

Seringkali kita terkecoh saat menghadapi suatu masalah, dan walaupun
masalah tersebut terpecahkan, tetapi pemecahan yang ada bukanlah
suatu pemecahan yang efisien dan justru malah terlalu rumit.

Mari kita coba lihat dalam tiga kasus di bawah ini :

1. Salah satu dari kasus yang ada adalah kasus kotak sabun yang
kosong, yang terjadi di salah satu perusahaan kosmetik yang terbesar
di Jepang. Perusahaan tersebut menerima keluhan dari pelanggan yang
mengatakan bahwa ia telah membeli kotak sabun (terbuat dari bahan
kertas) kosong.

Dengan segera pimpinan perusahaan menceritakan masalah tersebut ke
bagian pengepakan yang bertugas untuk memindahkan semua kotak sabun
yang telah dipak ke departemen pengiriman. Karena suatu alasan, ada
satu kotak sabun yang terluput dan mencapai bagian pengepakan dalam
keadaan kosong. Tim manajemen meminta para teknisi untuk memecahkan
masalah tersebut.

Dengan segera, para teknisi bekerja keras untuk membuat sebuah mesin
sinar X dengan monitor resolusi tinggi yang dioperasikan oleh dua
orang untuk melihat semua kotak sabun yang melewati sinar tersebut
dan memastikan bahwa kotak tersebut tidak kosong. Tak diragukan
lagi, mereka bekerja keras dan cepat tetapi biaya yang dikeluarkan
pun tidak sedikit.

Tetapi saat ada seorang karyawan di sebuah perusahaan kecil
dihadapkan pada permasalahan yang sama, ia tidak berpikir tentang
hal-hal yang rumit, tetapi ia muncul dengan solusi yang berbeda. Ia
membeli sebuah kipas angin listrik untuk industri yang memiliki
tenaga cukup besar dan mengarahkannya ke garis pengepakan. Ia
menyalakan kipas angin tersebut, dan setiap ada kotak sabun yang
melewati kipas angin tersebut, kipas tersebut meniup kotak sabun
yang kosong keluar dari jalur pengepakan, karena kotak sabun terbuat
dari bahan kertas yang ringan.

2. Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka
menemukan bahwa pulpen mereka tidak bisa berfungsi di gravitasi nol,
karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena.
Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu
dekade dan 12 juta dolar.
Mereka mengembangkan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-
keadaan seperti gravitasi nol, terbalik, dalam air, dalam berbagai
permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperatur mulai dari
di bawah
titik beku sampai lebih dari 300 derajat Celcius.

Dan apakah yang dilakukan para orang Rusia ?. Mereka menggunakan
pensil!.

3. Suatu hari, pemilik apartemen menerima komplain dari
pelanggannya. Para pelanggan mulai merasa waktu tunggu mereka di
pintu lift terasa lama seiring bertambahnya penghuni di apartemen
itu. Dia (pemilik) mengundang sejumlah pakar untuk men-solve.

Satu pakar menyarankan agar menambah jumlah lift. Tentu, dengan
bertambahnya lift, waktu tunggu jadi berkurang. Pakar lain meminta
pemilik untuk mengganti lift yang lebih cepat, dengan asumsi,
semakin cepat orang terlayani. Kedua saran tadi tentu memerlukan
biaya yang tidak sedikit.

Tetapi, satu pakar lain hanya menyarankan satu hal, "Inti dari
komplain pelanggan anda adalah mereka merasa lama menunggu". Pakar
tadi hanya menyarankan untuk menginvestasikan kaca cermin di depan
lift, agar pelanggan teralihkan perhatiannya dari
pekerjaan "menunggu" dan merasa "tidak menunggu lift".

-----
Moral cerita ini adalah sebuah filosofi yang disebut KISS (Keep It
Simple Stupid), yaitu selalu mencari solusi yang sederhana, sehingga
bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya. Cobalah menyusun
solusi yang paling sederhana dan memungkinkan untuk memecahkan
masalah yang ada. Maka dari itu, kita harus belajar untuk fokus pada
solusi daripada pada berfokus pada masalah.

[+/-] Selengkapnya...

mau tau kenapa indonesia gak maju maju?

1. Jml penduduk Indonesia ada 237 juta. 104 juta diantaranya adalah para pensiun. Jadi
tinggal 133 juta yang bisa kerja.

2. Jml pelajar dan mahasiswa adalah 85 juta. Mereka sekolah, jadi tinggal 48 juta orang yang bisa kerja.

3. Yang kerja buat pemerintah pusat sebagai pegawai negeri ada 29 juta. Jadi tinggal 19 juta yang bisa kerja.


4. Ada 4 juta yg jadi TNI/POLRI. Jadi tinggal 15 juta yg bisa kerja.

5. Ada lagi yang kerja di pemerintahan daerah dan departemen jumlahnya 14.800.000.

jadi sisanya tingal 200..000 yang bisa kerja.

6. Yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia ada 188.000. Jadi sisa

12.000 orang yang bisa kerja.

7. Ada 11.988 orang yg dipenjara. Jadi tinggal sisa dua orang saja yang masih bisa kerja.

SIAPA MEREKA ....?

Yaa,... tentu saja SAYA dan ANDA.
Tapi kan... ANDA malah sibuk main e-mail....
Jadi tinggal SAYA SENDIRI YANG BEKERJA.!!!! !!
Bagaimana Indonesia bisa maju kalau cuma saya sendiri yang bekerja????? ????



[+/-] Selengkapnya...

1000 bangau kertas

Sewaktu Boy dan Girl baru pacaran,
Boy melipat 1000 burung kertas buat Girl,
menggantungkannya di dalam kamar Girl.
Boy mengatakan 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya.
Waktu itu... Girl dan Boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya
cinta mereka berdua...

Tetapi pada suatu saat, Girl mulai menjauhi Boy.
Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis...Ke Paris...
Tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali2 itu...
Sewaktu Girl mau memutuskan Boy, Girl bilang sama Boy, kita harus
melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa. Menikah bagi cewek
adalah kehidupan kedua kalinya. Aku harus bisa memegang kesempatan ini
dengan baik. Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan
bagaimana kehidupan kita setelah menikah...!!


Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras...
dia pernah menjual koran...
menjadi karyawan sementara... bisnis kecil...
setiap pekerjaan kerjakan dengan sangat baik dan tekun.
Sudah lewat beberapa tahun...
Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya, akhirnya dia mempunyai
sebuah perusahaan.
Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl, dia masih tidak
dapat melupakannya.

Pada suatu hari... waktu hujan, Boy dari mobilnya melihat sepasang orang
tua berjalan sangat pelan di depan.
Dia mengenali mereka, mereka adalah orang-tua Girl....
Dia ingin mereka lihat kalau sekarang dia tidak hanya mempunyai mobil
pribadi,
tetapi juga mempunyai villa dan perusahaan sendiri, ingin mereka tahu
kalau dia bukan seorang yang miskin lagi, dia sekarang adalah seorang
Boss.

Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang
orang-tua tersebut.
Hujan terus turun tanpa henti, biarpun kedua orang-tua itu memakai
payung,tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.
Sewaktu mereka sampai tempat tujuan, Boy tercegang oleh apa yang ada didepan matanya,
itu adalah tempat pemakaman.
Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya.
Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang dibuatkan Boy.
Dalam hujan, burung2 kertas itu terlihat begitu hidup, Orang-tua Girl
memberitahu Boy, Girl tidak pergi ke Paris, Girl terserang kanker, Girl
pergi ke surga. Girl ingin Boy menjadi orang, mempunyai keluarga yang
harmonis, maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu. Girl
bilang dia sangat mengerti Boy, dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil.
Girl mengatakan.. . kalau pada suatu hari Boy akan datang ke makamnya dan
berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi.
Boy langsung berlutut, berlutut di depan makam Girl, menangis dengan
begitu sedihnya. Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti,
membasahi sekujur tubuh Boy.
Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos, Mengingat
semua itu, hatinya mulai meneteskan darah...

Sewaktu orang-tua itu keluar dari pemakaman, mereka melihat kalau Boy
sudah membukakan pintu mobil untuk mereka.
Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut.

"Hatiku tidak pernah menyesal,
semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas,
1000 ketulusan hatiku,
beterbangan di dalam angin
menginginkan bintang yang lebat besebaran di langit...melewati sungai perak,
apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapapun jauhnya,
hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu.
Masa lalu seperti asap...
hilang dan tak kan kembali.
menambah kerinduan di hatiku...
Bagaimanapun dicari,
jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.."
(lirik langsung di-translate dari bahasa Mandarin)


[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 06 Agustus 2008

Kiprah Nelson Tansu, Anak Medan yang Jadi Profesor Termuda Amerika

Tahun lalu Nelson Tansu kehilangan ayah-ibunya akibat perampokan di kampungnya, Medan, Sumatera Utara. Meski kecewa dengan penyidikan kasus orangtuanya, profesor termuda itu tetap setia berpaspor Indonesia.
NELSON Tansu -profesor Universitas Lehigh di Amerika- menjadi salah satu bintang di forum Asian Science Camp (ASC) 2008 yang kini diadakan di Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali. Terutama bagi puluhan pemenang olimpiade sains Indonesia yang menjadi peserta acara di sana. Maklum, saat duduk di SMA di Medan dulu, Tansu adalah finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia.

Tampil rapi dengan kemeja biru muda dipadu jas hitam, Tansu lebih mengesankan sebagai pebisnis muda. Terutama ketika berada di antara para profesor, termasuk para peraih Nobel, yang menjadi pembicara di ASC yang umumnya sudah tua. Saat ditemui Jawa Pos kemarin, gurat kelelahan terlihat di wajahnya karena dia mengisi acara sejak pagi. Namun, dia tetap bersemangat untuk masuk kelas dan mengikuti sesi berikutnya.

''Wait for a second (Tunggu sebentar),'' ujarnya. Meski asli warga negara Indonesia (WNI), Tansu lebih senang menggunakan bahasa Inggris. ''Saya sekarang lebih banyak tinggal di Amerika. Tapi, masih sering mengunjungi Indonesia,'' jelas pria kelahiran 20 Oktober 1977 itu.

Tansu, lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan 1995, adalah sosok yang patut dibanggakan. Saat usianya baru 25 tahun dia diangkat menjadi profesor di Lehigh University, sebuah universitas ternama di Negara Bagian Pennsylvania, Amerika.


''Persaingan mendapatkan posisi sebagai profesor di Amerika memang sangat ketat. Setiap satu lowongan, lebih dari 350 orang yang mendaftar,'' katanya.

Sukses Tansu menjadi pengajar di Lehigh University dan dinobatkan sebagai profesor termuda di Amerika itu berkat didikan orang tua. Sebab, sejak kecil sang ayah, Iskandar Tansu, memompa semangat untuk meraih prestasi tertinggi.

Berkat gemblengan keras sang ayah, Tansu sejak kecil sering memenangi berbagai lomba dan kejuaraan. "Ayah saya seorang pekerja keras. Saya juga terbiasa melakukannya sejak muda hingga menjadi profesor seperti sekarang,'' ungkapnya.

Kecuali spirit kerja keras, Tansu mengakui, sebetulnya tidak ada yang spesial dari pendidikan yang diberikan orang tuanya. Dia bermain dan belajar seperti kebanyakan anak-anak lain. "Bimbingan keluarga, orang tua, guru, dan sekolah itu penting, tapi yang lebih penting adalah usaha kita,'' jelasnya.

Menurut Tansu, dirinya sering harus tidur larut malam untuk menyelesaikan tugas. Namun, dia mengaku tidak keberatan, karena menyukai apa yang dilakukannya. ''Yang terpenting, lakukan hal yang paling kamu sukai sehingga kamu pasti berhasil di dalamnya. Tentu saja ditambah dengan usaha yang keras,'' katanya.

Sukses Tansu menjadi profesor di Lehigh University bukan kebetulan. Dunia sudah mengakui karya-karya ilmiahnya. Saat ini lebih dari 138 riset dan karya tulis yang telah dipublikasikan. Selain itu, dia menjadi pembicara aktif di berbagai seminar tentang sains dan pendidikan di seluruh dunia.

Meski berasal dari Indonesia dan masih mencintai negaranya, Tansu mengaku tidak punya rencana untuk menghabiskan masa tua di tanah air. ''Saya tidak punya rencana sejauh itu. Toh, 20 tahun lagi kita adalah citizen of the world, orang akan bebas tinggal di mana pun,'' kata laki-laki yang baru tahun lalu mempersunting Adela Gozali Yose, gadis Medan, menjadi istrinya itu.

Sayang, tahun lalu (2007) pula Tansu mengalami masa yang kelam dalam sejarah hidupnya. Rumahnya dirampok dan ayah ibunya, Iskandar Tansu dan Auw Lie Min, dibunuh. ''Saat penyelidikan, kita mengalami masalah dengan penegak hukumnya,'' ujarnya.

Modus perampokan dan pembunuhan itu memang sadis sehingga dua pelakunya divonis mati. Tansu tidak bersedia mengenang dan berbicara lebih lanjut tentang peristiwa traumatik yang menimpa dia dan dua saudaranya yang lain. Namun, pengalaman itu tidak mematikan rasa cintanya kepada Indonesia.

''Semua kenangan tetang masa kecil dan orang tua saya ada di sini. Saya tentu tidak bisa melupakan Indonesia,'' kata doktor electrical engineering University of Wisconsin di Madison, Amerika, itu.

Sebagai bukti kecintaannya kepada Indonesia, Tansu kini menggalang dana untuk menyekolahkan anak tidak mampu tapi pandai yang ingin memperoleh gelar doktor (PhD). ''Untuk mendapatkan gelar tersebut kan susah, butuh banyak biaya untuk riset dan penelitian,' ' ujarnya.

Saat ini, lanjutnya, di antara 10 orang yang dibantunya, dua orang dari Indonesia. Dia berharap pada tahun-tahun yang akan datang lebih banyak lagi orang Indonesianya. "Di Amerika banyak yang mau memberikan bantuan dana untuk pendidikan dan saya bisa mencarikannya dengan mudah,'' jelasnya.

Menurut Tansu, kegiatannya itu bukan semata karena peduli terhadap bangsa Indonesia, tapi juga karena kepeduliannya kepada pendidikan. "Sejak kecil saya ingin jadi pendidik di bidang sains dan engineering, sayangnya posisi ini di Indonesia kurang dihargai,'' kata pengajar S-3 itu.

Dia tak setuju guru cuma dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena guru butuh uang makan. Gaji guru dan dosen yang rendah itulah yang menjadi salah satu penyebab banyak orang pintar yang lari ke luar negeri.

''Inilah yang menjadikan mutu pendidikan kita rendah. Guru-guru dengan gaji dan fasilitas pas-pasan tentunya tidak bisa memberikan pelayanan optimal karena harus mencari tambahan sampingan,'' jelasnya.

Tansu mengharapkan pemerintah segera mengubah kebijakannya agar mutu pendidikan di Indonesia meningkat. ''Jika ada profesor yang kembali ke Indonesia ditawari jadi dosen atau anggota dewan, maka jawabannya pasti yang terakhir, it's the reality,'' jelasnya.

Selain itu, menurut pemikiran Tansu, Indonesia seharusnya mempunyai satu universitas yang bisa menjadi kebanggaan. ''Jika ada satu saja universitas di Indonesia yang setara dengan di AS, maka anak-anak kita yang pandai tidak akan lari ke luar negeri. Mereka akan memilih kuliah di negaranya sendiri,'' ujarnya.

Tansu mengenang, akibat tak adanya perguruan tinggi kebanggaan itu, ayahnya, Iskandar Tansu, mendorong semua anaknya sekolah ke Amerika. Selain dia, abangnya, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, Amerika. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU). Kedua saudaranya itu tinggal di Indonesia. (el)

Source: http://jawapos. co.id/halaman/ index.php? act=detail&nid=16568

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 05 Agustus 2008

"Gue udah tau semuanya!"

Ita baru masuk SMU, masa-masa pubernya bikin dia centil dan suka ngerjain orang. Kali ini dia dapet kata-kata baru buat ngerjain orang.


Hari pertama, dia nelepon temannya : "Rin, gue udah tau semuanya !" "Hah.." Suara disana terdengar lemas."Ta, elu jangan bilang Indri kalo gue jalan sama cowoknya ya Ta. Gue ada voucher makan di HokBen, elu jangan bilang-bilang yah. Sori gue cuma bisa ngasih
itu doang." "Okelah, gue sih terima aja, lu kan temen gue." Begitu telepon ditutup, Ita langsung teriak girang. "Wah oke juga nih, gue
dapet voucher HokBen !! Coba gue praktekin lagi."



Kali ini Ita masuk kamar kakaknya dan langsung bicara pelan didekat Kuping kakaknya yang lagi tiduran. "Wa, gue udah tau semuanya. Ternyata gitu ya Wa." Dewa langsung bangun, mengambil sebuah kunci dan berbisik pada Ita. "Ta, lu boleh pake mobil sebulan penuh plus gue kasih bensinnya. Tapi jangan bilang Papi kalo gue nge-gele yah !!!" "BeEres. "



Ita benar-benar girang, kali ini dia mencegat Papinya yang baru pulang kerja. "Pah,." Ita mengejar Papinya yang cuek bebek "Pah, Ita mau ngomong." " Ada apa sih Ta ?!! Papa capek nih." "Ita udah tau semuanya Pah..." Mendadak Papanya celingukan, mengeluarkan HP dan menelepon seseorang "Ta, Credit Card kamu udah Papa aktifkan lagi. Tapi !!! Jangan pernah bilang Mama soal si Ijah." Ita girang campur sebel. Ternyata Papanya menduakan Mama cuma demi pembantunya si Ijah. Ita langsung berlari tanpa sepatah katapun.


Diluar, Ita bertemu Pak Udi, sopirnya yang sudah belasan tahun bekerja dirumahnya. Ita mulai usil lagi. Dia kesal juga, pasti dia tau soal si Ijah, tapi bungkam selama ini, gue kerjain juga nih, pikirnya. "Pak !!!" Ita benar-b enar membuat kaget sopirnya "Saya sudah tau semuanya." Pak Udi terbengong, dan perlahan meneteskan airmata. Ita malah bingung. "Ita !!! Peluklah Bapakmu ini Sayang. Akhirnya kau
tahu juga Nak !"



[+/-] Selengkapnya...

8 Cara Sederhana Mengurangi Stres

8 Cara Sederhana Mengurangi Stres

Penelitian menunjukkan stres dan kegelisahan dapat memicu sakit kepala, tegang otot, dan kadang menaikkan tekanan darah. Hati-hati, penelitan yang sama juga menyebutkan, stres mengurangi sistem imunitas. Akibatnya sudah bisa diduga, Anda akan mudah terkena penyakit.

Nah, inilah 8 cara sederhana dan mudah untuk mengurangi tekanan dan kegundahan yang melanda:

1. PERGI JALAN-JALAN

Olahraga dipercaya akan membuat otak kita lebih terang dan menjadikan badan lebih sehat. Mungkin Anda pernah dengar, seorang teman yang langsung bermain tenis kalau sedang marah atau gundah. "Saat itulah saya bisa menyalurkan kemarahan saya dengan memukul bola," katanya.


Tetapi olahraga bukan semata penyaluran emosi seperti tadi. Bahwa tindakan itu menolong, ya. Para ahli pun setuju. Kegiatan itu merupakan penyaluran emosi yang positif, aku mereka. Lebih dari itu olahraga membuat peredaran darah kita menjadi lancar. Yang terjadi kemudian kita merasa lebih relaks dan bisa berpikir lebih jernih.

Untuk mengatasi stres, Anda tak perlu pergi ke kolam renang atau ke lapangan tenis, atau mendekam di pusat kebugaran berjam-jam. Sepuluh menit jalan kaki sudah efektif meredakan kegelisahan. Apalagi bila selama perjalanan Anda melihat hal-hal menarik. Anda akan terhibur, kan?

2. HUBUNGI TEMAN

Pada dasarnya kita memang makhluk sosial. Kita butuh seseorang bukan cuma untuk memenuhi keperluan fisik, tetapi juga kebutuhan psikis.

Semua orang memerlukan seseorang sebagai teman. Jadi, tak salah kalau dari kecil orang tua kita mendorong kita untuk memiliki sebanyak mungkin teman.

Segala kesulitan akan terasa lebih ringan hanya dengan membaginya kepada sorang teman. Itulah sebabnya memiliki seorang sahabat amat penting. Teman bisa mendorong kita lebih bersemangat.

Penelitian juga menunjukkan, ketika kita bercengkerama bersama teman, tekanan darah kita menurun, kegelisahan berkurang, bahkan konon membuat umur kita bertambah panjang.

Ingat juga, kita sendiri pun bisa menjadi pelepas stres bagi kawan kita. Saat seorang teman menceritakan tekanan yang dideritanya, perlihatkan dukungan Anda. Buatlah segalanya menjadi mudah. Terutama, saran ahli, perlihatkan bahwa Anda bersedia menolongnya. Tak perlu memberikan nasihat panjang lebar, apalagi menyalahkan. Semua itu akan membuat tekanannya menjadi bertambah.

3. BEKERJA DI RUMAH

Tuntutan pekerjaan sering kali membuat kita meninggalkan beberapa tugas rumah tangga. Anda tak lagi memasak, tak lagi membereskan rumah, dan tak perlu lagi berkebun. Semua tugas itu sudah Anda delegasikan pada pembantu atau tukang kebun. Bahkan tugas mendampingi anak-anak membuat pekerjaan rumah pun sudah Anda limpahkan pada guru les.

Tetapi tahukah Anda bahwa sebenarnya menjalankan tugas di atas juga dapat mengurangi stres? Penelitian di Amerika mengatakan wanita bekerja yang sama sekali tidak mau tahu urusan rumah tangga cenderung menyalurkan stres dengan menyetir secara membabi buta. Sementara wanita yang bekerja sambil mengurus rumah, lebih stabil emosinya.

Kerja sama antar sesama anggota keluarga membuat kita menyadari betapa terbatasnya kita. Kata ahli, saat itu kita sadar bahwa kita bukanlah super woman. Boleh jadi kita berhasil menjadi ibu rumah tangga yang baik, mampu jadi istri yang oke, tetapi itu semua tidak menunjukkan kita bisa jadi baik dalam segala hal.

4. KURANGI KAFEIN

Minum kopi 4 sampai 5 cangkir sehari memang bisa membuat mata Anda melek sepanjang hari. Tetapi kopi juga memicu pengeluaran adreanalin, si hormon stres. Dan kopi, terang ahli, membuat tubuh bereaksi secara berlebihan, juga terhadap tekanan sekecil apa pun.

Kalau otak memompa adrenalin secara berlebihan, jantung kita juga bekerja lebih keras. Akibatnya tekanan darah menjadi tinggi. Sebaliknya kalau organ kita bekerja normal-normal saja, tubuh kita akan bereaksi secara normal terhadap tekanan.

Nah, mulailah pagi Anda dengan segelas jus buah yang sehat. Kalau belum biasa, minumlah dulu kopi tanpa kafein. Atau mengapa tidak mencoba teh herbal saja?

5. TERTAWALAH BERSAMA

Tertawa membuat hidup menjadi lebih mudah. Cobalah memikirkan sesuatu yang lucu dan bagilah bersama teman-teman. Tawa yang menular dan panjang membuat kemarahan Anda berkurang. Jangan kaget, bila setelah tertawa, Anda lupa bahwa beberapa menit yang lalu Anda tengah diserang kemarahan besar atau punya perasaan gundah yang tidak bisa dilukiskan saking penuhnya.

Tak ada salahnya kalau Anda menyimpan beberapa vcd film komedi atau memiliki beberapa majalah humor. Di saat-saat tertentu benda-benda ini bisa menolong Anda, melepaskan segala macam tekanan.

6. SEPULUH MENIT SAJA

Semua berjalan rutin. Tak Anda sadari, rutinitas bukan sesuatu yang baik. Tampaknya memang begitu. Bila semua berjalan seperti adanya, berarti semua baik-baik saja. Anda salah. Rutinitas yang terus-menerus seringkali justru mendatangkan stres.

Anda keliru kalau menghabiskan waktu cuma untuk urusan kantor melulu. Anda juga tidak benar bila seluruh waktu Anda cuma untuk mengurus rumah tangga. Hal-hal yang rutin memang harus dijalankan, tetapi sediakan juga waktu untuk Anda sendiri, untuk melakukan hal yang berbeda.

Tak perlu lama. Sepuluh menit, cukup untuk keluar sejenak dari rutinitas. Selama waktu itu, Anda bisa membaca buku. Atau melakukan hal-hal yang Anda sukai. Pendeknya, gunakan waktu itu hanya untuk diri sendiri. Bukan cuma orang lain yang wajib Anda senangkan. Bukan hanya pekerjaan yang kudu Anda urus. Diri sendiri pun memerlukan cinta kasih Anda..

7. PIJAT

Terapi pijat juga dapat menolong melonggarkan otot yang tegang yang pastinya sering membuat kita tambah tersiksa. Kata ahli, ketika stres mendera, bagian pundak dan otot leherlah yang pertama kali mengalami ketegangan.

Pijatan juga akan membantu melancarkan peredaran darah hingga membuat Anda lebih santai. Perasaan yang relaks akan membuat Anda lebih mudah menghadapi apa pun. Percayalah!

8. PAHAMI BATAS ANDA

Stres sering kali terjadi akibat terlalu menaruh harapan besar terhadap diri kita sendiri. Kita lupa kemampuan kita terbatas. Hingga ketika tidak berhasil melakukan sesuatu, kita lantas merasa tertekan bahkan membenci diri kita.

Pahami kemampuan Anda. Yakinkan diri bahwa ada hal-hal tertentu yang tak bisa Anda raih, entah karena keadaan atau tidak mampu. Meskipun begitu, tak perlu kecil hati karena bolehjadi kemampuan Anda dalam suatu hal kurang, tetapi di lain hal Anda unggul. Begitulah hidup!




[+/-] Selengkapnya...


Free chat widget @ ShoutMix
Site Meter Add to Technorati Favorites